TUGAS INDIPIDU
PENGANTAR STUDY ISLAM
Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Kholdun
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Perbaikan Nilai
Oleh,
ZULKARNAIN
NIM : 2011-25-080
Dosen MK,
M.THOYIB,S.Ag,M.Pd.I
YAYASAN PENDIDIKAN TEBO
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
KABUPATEN TEBO
2 0 1 5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.
Muara Tebo, Januari 2014
Penyusun :
Zulkarnain
DAFATR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………... 1
Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1
Rumusan Masalah ……………………………………………………. 2
Tujuan………………………………………………………………… 2
BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………….…... 3
Riwayat Hidup Ibnu Kholdun ……………………………………….. 3
Karya Ibnu Kholdun …………………………………………………. 6
Pemikiran Ibnu Kholdun Tentang Pemikiran ……………………….. 7
Pandangan Tentang Ilmu ……………………………………………. 15
Kaedah Dan Orientasi Pendidikan …………………………………... 19
BAB III. PENUTUP ……………………………………………………….. 28
Kesimpulan ………………………………………………………….. 28
Saran ………………………………………………………………… 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ibnu Khaldun adalah salah satu pemikir pendidikan pada masa pertengahan. Keilmuannya bervariatif dengan kemampuannya terhadap penguasaan ilmu. Dia bergelut dalam politik dan pemerintahan dan dia juga salah satu pemikir Islam pada saat itu yang berpengaruh. Selain itu dia juga bergelut dalam dunia pendidikan. Pergumulan Ibnu Khaldun dengan dunia pendidikan telah menuntunnya pada satu kesimpulan bahwa pendidikan adalah urusan setiap persoalan. Orang yang terjun dalam dunia pendidikan berusaha mencari sejumlah sifat dan keterampilan yang bisa menambah kecakapannya dalam bergumul dengan orang lain.
Pemikiran ibnu Khaldun dalam berbagai bidang keilmuan tertuang dalam kitab yang terkenal dengan nama Muqaddimah. Kitab ini adalah bagian pertama dari kitabAl-Ibar. Dalam kitab ini mengupas berbagai persoalan keilmuan, sejarah, sosiologi dan lain-lain. Akan tetapi disini untuk mengkhususkan kajian lebih spesifik tentang pendidikan penulis akan membahas tentang pemikiran ibnu Khaldun tentang pendidikan.
Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia , juga diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban. Kejayaan Islam klasik, telah meninggalkan jejak kebesaran Islam di bidang ekonomi, politik, intelektualisme, tradisi-tradisi, keagamaan, seni, dan sebagainya, tidak terlepas dari dunia pendidikan, dan begitu pula dengan kemunduran pendidikan Islam, telah membawa Islam berkubang dalam kemunduran.
Dengan mempelajari kehidupan masa lalu umat islam, akan membantu untuk memahami sebab-sebab kemajuan dan kemunduran pendidikan Islam. Pemahaman tersebut dapat dijadikan pijakan dalam mengembangkan kesalahan-kesalahan pada masa lalu. Oleh karena itu, untuk mencapai kemajuan pendidikan Islam sekarang, dan memecahkan persoalan-persoalan pendidiksn Islam harus mendalami historical Islam, khususnya menyangkut dengan dunia pendidikan Islam. Pada dasarnya proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah berkembang dengan perkembangan sosial-budaya manusia di permukaan bumi. Sejarah pendidikan Islam dan sejarah para tokoh-tokoh pendidikan Islam dapat dikatakan berada dalam periode-periode Islam itu sendiri. Terkait dengan hal-hal yang telah diuraikan diatas penulis membahas pemikiran pendidikan Islam dan dalam makalah ini penulis memaparkan pemikiran pendidikan Islam Ibn Khaldun.
Rumusan Masalah
Siapakah ibnu khaldun?
Bagaimana pemikiran Ibnu Khaldun tentang konsep Pendidikan Islam ?
Apa karya Ibnu Khaldun
Tujuan
Mengetahui ibnu khaldun secara lebih dekat
Mengetahui pemikiran ibnu khaldun tentang konsep Pendidikan Islam
Mengetahui karya Ibnu Khaldun
Untuk memenuhi tugas pengantar study Islam
BAB II
PEMBAHASAN
Riwayat Hidup Ibn Khaldun
Sebelum kita mengkaji tentang pemikiran pendidikan menurut Ibn Khaldun, terlebih dahulu penulis ketengahkan riwayat hidup Ibn Khaldun dan sekilas penjelasan tentang karyanya.
Ibn Khaldun adalah seorang yang sejak kecil haus akan ilmu pengetahuan, selalu tidak puas dengan ilmu yang telah diperolehnya, sehingga memungkinkan beliau mempunyai banyak guru. Tidak heran jika beliau termasuk orang yang pandai dalam ilmu Islam, tidak saja dalam bidang agama, tetapi juga bidang-bidang umum, seperti sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan lain-lain.
Ibn Khaldun mempunyai nama lengkap Abdullah Abdurrahman Abu Zayd Ibn Muhammad Ibn Khaldun. Ia dilahirkan di Tunisia pada bulan Ramadhan 732 H/1332 M dari keluarga ilmuan dan terhormat yang telah berhasil menghimpun antara jabatan ilmiah dan pemerintahan. Suatu jabatan yang jarang dijumpai dan mampu diraih orang pada masa itu. Sebelum menyebrang ke Afrika, keluarganya adalah para pemimpin politik di Moorish (Spanyol) selama beberapa abad. Dengan latar belakang keluarganya yang demikian. Ibn Khaldun memperoleh dua orientasi yang kuat. Pertama, cinta belajar dan ilmu pengetahuan. Kedua, cinta jabatan dan pangkat. Menurut H. Ramayulis dan Samsul Nizar (2009: 281) kedua faktor tersebut sangat menentukan dalam perkembangan pemikirannya.
Menurut Abuddin Nata, Latar belakang keluarga dan saat ia dilahirkan serta menjalani hidupnya nampaknya merupakan faktor yang menentukan dalam perkembangan pemikirannya. Keluarganya telah mewariskan tradisi intelektual ke dalam dirinya, sedangkan masa ketika ia hidup yang di tandai oleh jatuh bangunnya dinasti-dinasti Islam, terutama dinasti Umayah dan Abbasiyah memberikan kerangka berpikir dan teori-teori ilmu sosialnya serta filsafatnya.
Ayahnya bernama Abu Abdullah Muhammad. Ia berkecimpung dalam bidang politik, kemudian mengundurkan diri dari bidang politik serta menekuni ilmu pengetahuan dan kesufian (Abd Al-Rahman Ibn Khaldun, jilid 1,t.th.:10-11). Ia ahli dalam bahasa dan sastra Arab, ia meninggal pada 794 H/1384 M akibat wabah pes yang melanda Afrika Utara dengan meninggalkan lima orang anak. Ketika ayahnya meninggal, Ibn Khaldun baru berusia 18 tahun.
Selanjutnya pada 1.362 Ibn Khaldun menyebrang ke Spanyol dan bekerja pada Raja Granada. Di Granada ia menjadi utusan raja untuk berunding dengan Pedro, raja Granada, raja Castila, sedangkan di Sevilla, karena kecakapannya yang luar biasa, ia ditawari bekerja oleh penguasa Kristen itu. Sebagai imbalannya, tanah-tanah bekas milik keluarganya dikembalikan kepada Ibn Khaldun. Tetapi Khaldun memilih tawaran yang sama dari raja Granada. Kesananalah ia memboyong keluarganya dari Afrika.
Khaldun tidak lama di Granada, kecakapan dan prestasinya yang diperlihatkan selama itu telah menimbulkan iri hati Perdana Menteri, itulah sebabnya ia kembali menyebrangi Gibraltar untuk kembali ke Afrika, kemudian ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Sultan Aljazair, Bongi. Namun antara tahun 1.362-1.375 bukanlah masa tenang dalam kehidupan Khaldun. Pada masa-masa itu pergolakan-pergolakan politik yang sering ditandai dengan pembunuhan dan penumbangan kekuasaan telah menyebabkan ia berganti tuan, kesetiaan dan sempat mengembara ke Maroko dan spanyol, hidup dengan kabilah-kabilah Badui di Aljazair, dan beberapa kali memimpin pasukan tentara dalam medan pertempuran.
Ketenangan hidup baru ia jumpai setelah melepaskan semua jabatan resminya. Dan pada waktu itulah ia menciptakan karyanya yang monumental, yaitu Muqaddimah dan kitab Sejarah Alam Semesta. Setelah itu ia kembali ke Tunisia. Namun, oleh karena ia menghadapi masalah yang sama seperti yang dialami di Granada, maka ia memutuskan diri untuk naik haji.
Pada tahun 1382, ia melaksanakan ibadah haji. Setelah melaksanakan haji, ia kemudian berangkat ke Iskandariah dan selanjutnya ke Mesir, ia kemudian di angkat menjadi ketua Mahkamah Agung pada masa pemerintahan Dinasti Mamluk. Selain dikenal sebagai filsuf, Ibnu Khaldun dikenal sebagai sosiolog yang memiliki perhatian besar terhadap bidang pendidikan.Hal ini antara lain terlihat dari pengalamannya sebagai pendidik yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada tahun 1406, Ibn Khaldun meninggal dunia di Mesir dalam usia 74 tahun (Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009: 282)
Ibn khaldun mengawali pendidikannya dengan membaca al-Qur’an, Hadis, fiqih, sastra, nahwu sharaf pada sarjana-sarjana terkenal pada waktu itu. Tunisia pada waktu itu merupakan pusat ulama dan sastrawan di daerah Maghrib. Dan ,umur 20 tahun ia bekerja sebagai sekretaris Sultan Fez di Maroko. Akan tetapi, setelah Tunisia dan sebagian besar kota-kota di Masyriq dan Maghrib dilanda wabah pes yang dahsyat pada 749 H, mengakibatkan ia tidak dapat melanjutkan studinya. Bahkan dalam peristiwa tersebut ia kehilangan orang tuanya dan beberapa orang pendidiknya. Dengan kondisi yang demikian, pada tahun 1362 ia pindah ke Spanyol.
Di antara pendidik Ibn Khaldun yang terkenal adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Saad Ibn Burral al-Anshari. Darinya ,ia belajar al-Qur’an dan Qira’ah al-sab’ah. Selain itu, gurunya yang lain adalah Syeikh Abu Abdullah Ibn al-Arabi al-Hasyiri, Muhammad al-Syawwas al-Zarazli, Ahmad Ibn al-Qassar, Syaikh Syamsudin Abu Abdullah Muhammad al-Wadisyasyi (belajar ilmu hadis, bahasa Arab, fiqih), dan Abdullah Muhammad Ibn Abd al-Salam (belajar kitab al-Muwattha’ karya Imam Malik), Muhammad Ibn Sulaiman al-Satti, Abd al-Muhaimin al-Hadrami dan Muhammad Ibn Ibrahim al-Abili (belajar ilmu-ilmu pasti, logika dan seluruh ilmu/teknik kebijakan dan pengajaran di samping dua ilmu pokok al-Qur’an dan Hadis. Di antara sekian banyak pendidik tempat Ibn Khaldun menimba ilmu, ada dua orang yang di anggap paling berjkasa terhadapnya ,yaitu Syaikh Muhammad Ibn Ibrahim al-Abili dalam ilmu-ilmu filsafat dan Syaikh Abdul Muhaimin Ibn al-Hadrami dalam ilmu-ilmu agama. Dari kedua pendidik tersebut, ia mempelajari kitab-kitab hadis seperti al-kutub al-sittah dan al-Muwattha’ (Ramayulis dan Samsul Nizar,2009: 283).
Karya Ibn Khaldun
Karya tulis Ibn Khaldun banyak macamnya antara lain ilmu mantiq, dan ringkasan filsafat Ibn Rusyd,juga mengarang tentang fiqih, matematika,kesusasteraan Arab, sejarah dan ilmu hitung. Tetapi yang sampai kepada kita hanyalah sebuah karangan yang masyhur yang telah kita kenal , yaitu kitab tentang ungkapan dan pranata dasar dari masyarakat Arab dan non Arab, Barbar beserta para pemegang kekuasaan besar pada masanya. Sebagaimana ungkapan beliau yang masyhur yaitu :
العبر وديوان المبتدء والخبر فى أيام العرب والعجم والبربر ومن عاصرهم من ذوالسلطان الآكبر
Ibn Khaldun kemudian menulis sebuah kitab tentang sejarah hidupnya sendiri dengan judul “Perjalanan Ibn Khaldun di negara-negara Maghribi dan di Timur”
رحلة ابن خلدون فى المغرب والمشرق
Juz pertama dari kitab ini adalah dikenal dengan “Muqaddimah” yang menjadikan diri beliau terkenal baik dikawasan Negara Timur maupun di Barat. beliau membagi “Muqaddimah”nya yang terkenal itu menjadi bagian yang membahas tentang ilmu sejarah, yang terdiri dari 6 pasal yakni pada pasal pertama tentang kehidupan manusia menurut jumlah,dan jenis-jenis penyebarannya di bumi. Dan yang kedua ialah tentang kehidupan orang Baduwi dan kabilah-kabilahnya dan bangsa-bangsa primitiv. Yang ketiga ialah tentang Negara dan kerajaan dan disebutkan pula tentang tingkat-tingkat kekuasaannya. Yang keempat ialah tentang kehidupan peradaban,kota-kota dan tempat-tempat tinggal, dan yang kelima ialah tentang pekerjaan, penghidupan, karya hasil usaha beserta segi-segi, yang keenam ialah tentang ilmu pengetahuan dan cara-cara memperolehnya.
Pembahasan berikutnya adalah berkaitan dengan pemikiran Ibn Khaldun tentang pendidikan yang tersaji pada makalah ini, meliputi tujuan pendidikan, kurikulum dan klasifikasi ilmu ,prinsip-prinsip dalam proses belajar mengajar. Dan metode pembelajaran yang seharusnya menjadi perhatian dan rujukan bagi setiap pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Dan sudah tidak menjadi rahasia lagi bahwa pokok-pokok pemikiran Ibn Khaldun sangat brilian dan gamblang yang hanya dapat mampu dikenali oleh orang-orang cermat dan analitik.
Pemikiran Ibn Khaldun Tentang Pendidikan
Tujuan Pendidikan
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dalam bukunya menyatakan bahwa menurut Ibn Khaldun tujuan pendidikan Islam adalah untuk menanamkan keimanan dalam hati anak didik, menginternalisasikan nilai-nilai moral sehingga mampu memberikan pencerahan jiwa dan perilaku yang baik.
Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat. Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Alloh sebagai “sunnatullah”.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia; aspek rohaniyah dan jasmaniyah, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.
Pendidikan selalu diwarnai oleh pandangan hidup (way of life). Diantara pandangan hidup adalah rasionalisme. Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa kebenaran diperoleh melalui akal dan di ukur dengan akal. Atau akal itulah alat pencari dan pengukur kebenaran. Pendidikan harus mampu mendidik manusia menjadi manusia. Tujuan pendidikan ialah meningkatkan derajat kemanusiaan manusia. Sebenarnya manusia yang memiliki derajat kemanusiaan yang tinggi yang dapat disebut manusia.Menurut Ibn Khaldun, tujuan pendidikan beraneka ragam dan bersifat universal. Di antara tujuan pendidikan tersebut adalah sebagai berikut :
Tujuan Peningkatan Pemikiran
Ibn Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktifitas. Hal ini dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu dan ketrampilan. Dengan menuntut ilmu dan ketrampilan ,seseorang akan dapat meningkatkan kegiatan potensi akalnya. Di samping itu, melalui potensinya ,akan mendorong manusia untuk memperoleh dan melestarikan pengetahuan. melalui proses belajar, manusia senantiasa mencoba meneliti pengetahuan-pengetahuan atau informasi-informasi yang diperoleh oleh pendahulunya. Manusia mengumpulkan fakta-fakta dan menginventarisasikan ketrampilan-ketrampilan yang dikuasainya untuk memperoleh lebih banyak warisan pengetahuan yang semakin meningkat sepanjang masa sebagai hasil dari aktivitas akal manusia (Ibn Khaldun, Jilid 1,t.th:1018-1019). Atas dasar pemikiran tersebut, tujuan pendidikan menurut Ibn Khaldun adalah peningkatan kecerdasan manusia dan kemampuannya berpikir. Dengan kemampuan tersebut, manusia akan dapat meningkatkan pengetahuannya dengan cara memperoleh lebih banyak warisan pengetahuan pada saat belajar.
Tujuan Peningkatan Masyarakat
Dari segi peningkatan kemasyarakatan, Ibn Khaldun berpendapat bahwa ilmu dan pengajaran adalah lumrah bagi peradaban manusia (Ibn Khaldun, Jilid 1,t.th,:1018). Ilmu dan pengajaran sangat di perlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat manusia ke arah yang lebih baik. Semakin dinamis budaya suatu masyarakat, semakin bermutu dan dinamis pula ketrampilan masyarakat tersebut (Ibn Khaldun, Jilid 1,t.th,:1021). Untuk itu, manusia seyogyanya senantiasa berusaha memperoleh ilmu dan ketrampilan sebanyak mungkin sebagai salah satu cara membantunya untuk dapat hidup dengan baik dalam masyarakat yang dinamis dan berbudaya.
Jadi eksistensi pendidikan menurutnya merupakan satu sarana yang dapat membantu individu dan masyarakat menuju kemajuan dan kecemerlangan. Disamping bertujuan meningkatkan segi kemasyarakatan manusia, pendidikan juga bertujuan mendorong terciptanya tatanan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Tujuan Pendidikan Dari Segi Kerohanian
Tujuan pendidikan dari segi keruhanian adalah dengan meningkatkan keruhanian manusia dengan menjalankan praktek ibadah, dzikir, khalwat (menyendiri), dan mengasingkan diri dari khayalak ramai sedapat mungkin untuk tujan ibadah sebagaimana yang dilakukan para sufi (Ibn Khaldun,Jilid 1,t.th:1097).
Disini jelas, bahwa Ibn Khaldun tidak hanya memandang pendidikan sebagai sarana perolehan ilmu ansich, melainkan pendidikan dipandang sebagai investasi masa depan dan memiliki keterkaitan dengan pekerjaan (promise of job), disamping tentu saja pembentukan kepribadian dan pembimbing menuju berpikir dan berbuat yang benar.
Kurikulum Pendidikan Dan Klasifikasi Ilmu
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi (1995:1930), kurikulum pendidikan adalah seluruh program pendidikan yang didalamnya tercakup masalah-masalah metode, tujuan, tingkat pengajaran, materi pelajaran setiap tahun ajaran, topik-topik pelajaran, serta aktivitas yang dilakukan siswa pada setiap materi pelajaran. Ibn Khaldun membuat klasifikasi ilmu dan menerangkan pokok bahasannya bagi peserta didik. Ia menyusun kurikulum yang sesuai sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan karena kurikulum dan sistem pendidikan yang tidak selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik akan menjadikan mereka enggan dan malas belajar. Berkenaan dengan hal tersebut, Ibn Khaldunmembagi ilmu menjadi tiga macam :
Pertama, kelompok ilmu lisan (bahasa) :ilmu tentang tata bahasa (gramatika). Sastra dan bahasa yang tersusun secara puitis (syair).
Kedua, kelompok ilmu naqli : ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi.
Ketiga, kelompok ilmu ‘aqli ;ilmu-ilmu yang diperoleh manusia melalui kemampuan berpikir[18] Proses perolehan tersebut dilakukan melalui pancaindra dan akal.(Ramayulis dan Samsul Nizar,2009:284).
Klasifikasi ilmu tersebut menurut Azyumardi Azra bukan dimaksud mendikhotomi ilmu antara satu dengan yang lain, melainkan klasifikasi tersebut menunjukan betapa ilmu tersebut berkembang dalam peradaban Islam. Dalam konteks ini ,ilmu agama Islam merupakan salah satu saja dari berbagai cabang ilmu secara keseluruhan.
Ibn Khaldun menyusun ilmu-ilmu naqli sesuai dengan manfaat dan kepentingannya bagi peserta didik kepada beberapa ilmu, yaitu :
Al-Qur’an
Ulumul Qur’an
Ulumul Hadis
Ushul Fiqh
Fiqh
Ilmu Kalam
Ilmu Tasawuf
Ilmu Ta’bir al-Ru’ya.
Suatu hal yang amat penting diperhatikan adalah bahwa Ibn Khaldun mempunyai dualitas sikap terhadap ilmu naqli dan ilmu ‘aqli. Terkait dengan ilmu pertama ia menganggapnya sebagai sesuatu yang disyari’atkan oleh Tuhan pada kita (masyru’at lana). Termasuk kedalam ilmu ini adalah ilmu-ilmu syar’iyyah yaitu Kitab Suci, Hadis, dan ilmu-ilmu pendukungnya, lalu ilmu kebahasa-araban, karena bahasa Arab merupakan bahasa “Agama” dan bahasa Kitab Suci.
Adapun ilmu-ilmu ‘aqli dibaginya menjadi empat kelompok :
Ilmu Mantik (Logika) yakni ilmu yang menjaga proses penalaran dari hal-hal yang sudah diketahui (generalisasi dan inferensi) agar tdak mengalami kesalahan, kegunaan ilmu ini adalah memilah-milah antara yang benar dan yang salah menyangkut objek penalaran seseorang, untuk bisasampai pada realitas yang dijangkau akal pikirnya.
Ilmu Alam, yakni ilmu tentang realitas empiris-inderawiah, baik berupa unsur-unsur atomok, bahan-bahan tambang, benda-benda angkasa maupun gerak alam dan jiwa manusia yang menimbulkn gerak, dan sebagainya.
Teologi (ilmu ketuhanan dan metafisika), yakni hasil pemikiran tentang hal-hal metafisis.
Ilmu matematik. Ilmu ini meliputi empat disiplin keilmuan yang disebut al-Ta’alim, yakni :
Ilmu Ukur (al-Handasah) yaitu hasil pemikiran tentang seluk-beluk ukuran secara umum;panjang pendeknya sesuatu, baik satu dimensi atau dua dimensi baik sebagai satuan-satuan atau tersusun.
Ilmu Aritmatika, yaitu ilmu tentang seluk beluk hitungan.
Ilmu Musik, yaitu pengetahuan tentang nada, suara, penataan keduanya dan penyusunan lagu.
Astronomi ,yaitu penentuan bentuk benda-benda angkasa,jumlahnya, kecepatan geraknya, rotasi dan orbitnya.
Mengenai ilmu nujum, Ibn Khaldun menganggapnya sebagai ilmu yang fasid.Pandangannya itu di dasarkan asumsi bahwa ilmu tersebut dapat dipergunakan untuk mengamalkan segala kejadian sebelum terjadi atas dasar perbintangan. Hal ini merupakan sesuatu yang batil dan berlawanan dengan ilmu tauhid yang menegaskan bahwa tak ada yang menciptakan kecuali Allah.
Menurut Ibn Khaldun ,mempelajari ilmu-ilmu ‘aqli (rasio) dipandang sebagai sesuatu yang lumrah bagi manusia dan tidak hanya milik suatu agama. Ilmu-ilmu ‘aqli (rasio) dipelajari oleh penganut seluruh agama. Mereka sama-sama memenuhi syarat untuk mempelajari dan melakukan penelitian terhadap ilmu-ilmu ‘aqli (rasio). Ilmu-ilmu ini telah dikenal manusia sejak peradaban dikenal oleh manusia di dunia ini. Ia menyebut bahwa ilmu-ilmu ‘aqli (rasio) merupakan ilmu-ilmu filsafat dan kearifan.
Prinsip-Prinsip Dalam Proses Belajar Mengajar
Ibn Khaldun telah meletakkan prinsip-prinsip proses belajar mengajar sebagai suatu hal yang sangat mendasar dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa.prinsip-prinsip tersebut secara garis besarnya meliputi beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, pentahapan dan pengulangan. Mengajar anak-anak/remaja hendaknya didasarkan atas prinsip-prinsip pandangan bahwa tahap permulaan pengetahuan adalah bersifat total (keseluruhan), kemudian secara bertahap, baru terperinci, sehingga anak dapat menerima dan memahami permasalahan pada tiap bagian dari ilmu yang di ajarkan, lalu guru mendekatkan ilmu itu kepada pikirannya dengan penjelasan dan uraian-uraian sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya anak-anak tersebut serta kesiapan kemampuan menerima apa yang di ajarkan. Kemudian guru mengulangi lagi ilmu yang di ajarkan itu agar anak-anak meningkat daya pemahamannya sampai pada taraf yang tertinggi melalui uraian dan pembuktian yang jelas, setelah itu beralih dari uraian yang global kepada uraian yang hingga tercapai tujuan akhirnya yang terakhir, kemudian diulangi sekali lagi pelajaran tersebut, sehingga tidak adalagi terdapat kesulitan murid/anak untuk memahaminya dan tak ada lagi bagian-bagian yang di ingatkan.
Kedua, tidak membebani pikiran siswa. Dalam masalah ini Ibn Khaldun menyatakan bahwa pemikiran manusia tumbuh dan berkembang secara berproses (bertahap). Dan, hal ini akan mempengarui pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya. Ini semua akan kembali pada bagaimana dan sejauh mana perkembangan dan kesuksesan tersebut berkembang secara positif dan negatif. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya selalu mempersiapkan cara yang akan dipergunakan dan dikembangkan dalam proses memberikan pemahaman dan penerimaan ilmu secara bertahap. Terutama ketika ia berusaha memberikan materi baru atau pengetahuan baru, yang tentunya akan memberikan beban tambahan dalam proses penerimaan pengetahuan dan materi lainnya.
Ketiga, tidak pindah dari satu materi ke materi lain sebelum siswa memahaminya secara utuh. Dalam hal ini ,Ibn Khaldun mengaskan bahwa dalam proses belajar mengajar seorang siswa merupakan objek, seorang guru tidak dianjurkan berpindah pada materi yang baru sebelum ia yakin bahwa siswanya telah paham terhadap materi pelajaran yang lalu. Hal tersebut di tandai dengan bertambahnya tingkat kemampuan yang dimiliki seorang siswa dan daya kesiapan yang dimilikinya.
Keempat, lupa merupakan hal biasa dalam belajar. Solusinya adalah dengan sering mengulang dan mempelajarinya kembali. Ibn Khaldun dengan prinsip belajar mengajarnya, menghendaki agar seorang guru juga memperhatikan terhadap proses pendidikan potensi yang dimiliki seorang siswa. Pendidikan terhadap potensi pada individu menuntut agar siswa tersebut memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut tentu membutuhkan proses waktu. Sementara, waktu juga berperan secara negatif terhadap memori seseorang. Namun ,hal negatif tersebut dapat diselesaikan dengan senantiasa mengulang kembali tanpa adanya pemisahan tepat dan memutuskannya.Pengulangan secara bertingkat ini, menurut pendapat Ibn Khaldun sangat besar faedah dalam upaya menjelaskan dan memantapkan untuk memahami ilmu. Tujuan mempelajari ilmu tersebut adalah kemahiran anak dalam mengamalkannya, serta mengambil manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Alasan mengulang-ulang sampai beberapa kali (tiga kali) adalah karena kesiapan anak memahami ilmu pengetahuan atau seni berlangsung secara bertahap.
Kelima, tidak bertindak keras terhadap siswa. Menurut Ibn Khaldun, tindakan keras atau kasar terhadap siswa dapat menyebabkan munculnya sikap rendah diri, dan mendorong seseorang memiliki perilaku dan kebiasaan buruk. Menurutnya siapapun yang mendidik dengan proses kekerasan dan pemaksaan yang di tunjukannya akan mengakibatkan seseorang mempunyai sifat dusta dan buruk, sehingga membuat seseorang memiliki ruang gerak yang sempit.
Metode Dalam Pembelajaran
Menurut Ibn Khaldun , pengajaran tidak selamanya disampaikan melalui ceramah, tetapi perlu ada metode praktik langsung, metode tersebut oleh Ibn Khaldun dianggap lebih mengena dan lebih merasuk. Disinilah maka Ibn khaldun menyarankan perlunya “wisata akademik” ataustudy tour wawasan keilmuan (sharing ideas). Ibn Khaldun menyatakan : “wisata akademik adalah untuk mencari nilai tambah dengan berjumpa dengan para pakar secara langsung.
Dari aspek metode, Ibn Khaldun tidak menyukai pembelajaran dengan menggunakan sistem hafalan, karena dianggap tidak efektif dan efiesen. Hal ini telah dibuktikan dengan riset yang pernah dilakukan di Maroko dan Tunis. Di Maroko pendidikan dasar ditempuh 16 tahun sementara di Tunis hanya 5 tahun. Tetapi hasil yang dicapai sama saja. Di Marokko metode yang digunakan bersifat verbalistik, hafalan, sementara di Tunis menggunakan metode diskusi, dialog dan demonstratif.
Adapun metode yang membawa pengaruh positif terhadap pengajaran adalah memulai dengan yang umum (global) kemudian berangsur-angsur ke arah terinci. Hal ini penting, sebab secara naluri, manusia selalu melihat sesuatu berangkat yang umum dulu, baru setelah itu sampai pada yang detail-detail.
Ibn Khaldun juga menyarankan perlunya metode dialog dan diskusi dalam pembelajaran. Metode ini menurut Ibn Khaldun sangat bermanfaat dan merupakan metode paling efektif dalam pembelajaran. Ada hal penting lagi yang menutut Ibn Khaldun perlu dipersiapkan sebelum memulai mengajar, yaitu berdoa, yang ini sering dilupakan oleh banyak orang. Jika hal ini dilakukan, menurut Ibn Khaldun akan menghantarkan kita kepada pencerahan jiwa atau munculnya cahaya Tuhan (nur) yang akan memudahkan proses tranfer of knowledge. Para ulama dulu tidak belajar dan mengkaji ilmu kecuali mereka memulai dengan pensucian hati dan berdoa untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, Zat pemilik cahaya itu.
Pandangan Tentang Ilmu
Ilmu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan peradaban. Hal ini dikarenakan oleh ilmu terkait dengan banyak hal. Perkembangan peradaban akan mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan perkembangan peradaban juga akan mempengaruhi pada perkembangan peradaban suatu tempat. Ketika suatu desa penduduknya berupaya untuk mengembangkan peradaban maka pendidikannya juga akan berkembang tapi ketika mereka statis (tidak berilmu) maka peradaban mereka tidak akan berkembang pula.
Ibnu Khaldun mengatakan: “Bahwa pengetahuan juga dapat diperoleh melalui Rihlah (studi banding) ke tempat-tempat lain terutama tempat-tempat yang sudah maju. Maksudnya yaitu perjalanan untuk menemui guru-guru yang mempunyai keahlian khusus, belajar kepada para tokoh ulama dan ilmuwan terkenal, dengan cara belajar mendapatkan ilmu dari kitab-kitab yang dibacakan oleh guru-guru yang mengajar, mengikuti ulama yang terkenal yang mengarang kitab-kitab tersebut, serta mendengarkan secara langsung pelajaran yang mereka berikan. Dengan demikian, ilmu-ilmu ini bisa tercapai dengan baik.
Macam-macam ilmu yang ada saat itu diklasifikasikan ke dalam dua bagian oleh Ibnu Khaldun yaitu:
Jenis ilmu yang bersifat alami bagi manusia yaitu ilmu-ilmu yang diperoleh lewat bimbingan penalaran akal pikirannya. Misalnya ilmu filsafat dan hikmah. Dalam ilmu ini memungkinkan adanya penggunaan akal dalam pemecahan masalahnya, pembahasaanya dan untuk mencari solusinya.Ilmu jenis ini diperoleh manusia dengan kemampuan akal pikiran.Ilmu-ilmu ini antara lain;
Ilmu alam, membahas tentang benda-benda dari sisi gerak dan diamnya.
Ilmu ketuhanan, membahas eksistensi secara mutlak.
Ilmu matematika, yang mencakup ilmu ukur (geometri) dan ilmu bilangan
Ilmu musik
Ilmu astronomi, ilmu yang meneliti gerakan bintang yang tetap, bergerak dan berubah-ubah.
Ilmu logika, kaedah-kaedah yang digunakan untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah di dalam batas-batas pengetahuan.
Jenis Ilmu Naqliyah, yaitu ilmu yang sudah ada dalam teks-teks agama yang tidak membutuhkan akal dalam mempelajarinya meskipun ada peran akal sangat minim.Fathiyyah Hasan Sulaiman yang mengutip bukunya Ibnu Khaldun memberi penafsirannya bahwa ilmu ini berusaha memberikan penjelasan tentang aqidah, mengatur kewajiban agama, dan memberlakukan undang-undang syar’i. Dengan kata lain ilmu naqliyah adalah ilmu agama dengan segalah macamnya.Ilmu-ilmu Naqliyyah mencakup kitab Allah dan Sunnah Nabi, ilmu penunjang seperti lughat (ilmu nahwu). Abuddin Nata mendefinisikan bahwa ilmu Naqli adalah ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah nabi. Dengan ilmu ini manusia akan dapat mengetahui hukum-hukum Allah yang diwajibkan kepada manusia.Menurut ibnu Khaldun bahwa seluruh ilmu ini berhubungan dengan agama islam dan para penganutnya. Dia mengatakan mempelajarinya adalah wajib bagi setiapmuslim dan penting bagi kehidupannya yang terikat oleh agama. Ilmu-ilmu ini antara lain:
Al-Qur’an dan sunnah. Melalui al-Qur’an dan sunnah manusia bisa mengetahui hukum-hukum Allah.
Ilmu tafsir, memahami isi al-Qur’an dengan menjelaskan lafadh-lafadhnya. Lalu menyandarkan penukilan dan periwayatannya kepada keterangan Nabi yang berasal dari Allah.
Ilmu qira’at, menjelaskan perbedaan bacaan al-Qur’an.
Ilmu hadith, membahas soal perujukan sunnah nabi kepada orang-orang meriwayatkannya tentang perawi yang menukilnya.
Ilmu ushul fiqih, membahas tentang penggalian berbagai hukum dari al-Qur’an dari dasar-dasarnya.
Ilmu fiqih, untuk mengetahui hukum-hukum Allah bagi tindakan-tindakan orang mukalaf, apakah wajib, haram, sunnah, makruh atau mubah.
Ilmu faraid, untuk mengetahui bagian-bagian dalam warisan.
Ilmu kalam (teologi), untuk membela kaidah-kaidah keagamaan dengan dalil-dalil rasional dan bukti-bukti logis.
Ilmu tasawuf
Ilmu tafsir mimpi
Dari klasifikasi ilmu yang diutarakan oleh ibnu Khaldun bahwa urutan ilmu yang paling tepat menurutnya adalah meletakkan ilmu agama sebagai prioritas utama.
Di antara ilmu tersebut ada yang harus diajarkan kepada anak didik, yaitu;
Ilmu syari’ah
Ilmu filsafat seperti ilmu alam dan ilmu ketuhanan.
Ilmu alat yang membantu ilmu agama seperti ilmu bahasa, gramatika dan sebagainya.
Ilmu alat yang membantu ilmu falsafah seperti ilmu mantiq.
Selain itu, al-Qur’an adalah ilmu yang pertama kali harus diajarkan kepada anak karena mengajarkan al-Qur’an kepada anak-anak termasuk syari’at Islam yang dipegang teguh oleh para ahli agama. Al-Qur’an yang telah ditanamkan akan jadi pegangan hidupnya.
Dalam memperoleh ilmu pengetahuan seorang murid harus mempunyai guru. Seorang guru sangat dibutuhkan bagi proses belajar sebab seorang guru adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik dalam proses belajar. Tugas guru salah satunya adalah sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan tugasnya tersebut, maka seorang guru harus memiliki penngetahuan yang mendalam tentang bahan yang diajarkan. Guru tidak boleh berhenti belajar, karena pengetahuan yang akan diberikan kepada anak didiknya terlebih dahulu harus dia pelajari. Dari tugas ini maka seorang guru selain mempunyai pengetahuan luas juga seseorang yang berkepribadian baik, berpandangan luas dan berjiwa besar.
Kaedah dan Orientasi Pendidikan
Menurut Said Ismail yang mengutip pemikirannya ibnu Khaldun ada dua kaedah dan orientasi pendidikan yaitu:
Jalinan kuat antara kemajuan intelektual dan perkembangan peradaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar